Categories:

Jakarta, Santriinspirasi.com – Penghargaan “Santri Sepanjang Hayat” Santri of The Year tahun 2024 diberikan kepada KH. Faqih Maskumambang. Beliau adalah figur ulama dan pimpinan pesantren yang telah memberikan sumbangsih besar dalam bentuk gagasan inovatif serta kerja nyata di masyarakat.

Acara puncak Penganugrahan Santri of The Year yang digelar di Gedung Nusantara IV DPR-MPR RI (22/09) ini menjadi momen bersejarah dimana H. F. Rahmat Wahid, hadir untuk menerima penghargaan tersebut. H. F. Rahmat Wahid sebagai dzuriyah mewakili dedikasi dan pengabdian KH. Faqih Maskumambang yang telah mengabdi sepanjang hayatnya untuk pendidikan dan kemajuan masyarakat.

Penghargaan ‘Santri of The Year 2024’ tidak hanya sekadar memberikan apresiasi kepada para santri yang berprestasi, tetapi juga memberikan suri tauladan bagi generasi muda dan masyarakat umum. Melalui kisah inspiratif KH. Faqih Maskumambang, diharapkan generasi milenial dan masyarakat luas dapat lebih giat membangun bangsa dan negaranya. Semangat dan dedikasi dari para santri seperti KH. Faqih Maskumambang menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan dan keilmuan dapat membawa perubahan positif dalam masyarakat.

KH. Faqih Maskumambang Lahir sekitar tahun 1857 di Desa Sembungan Kidul, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Lokasinya berjarak lebih kurang 40 km arah barat laut Kota Surabaya. Ia adalah putra dari Kiai Abdul Jabbar dan Ibu Nyai Nursimah. Kiai Faqih Maskumambang masih termasuk keturunan darah biru, baik dari ayah maupun ibu.

Kiai Abdul Jabbar masih ada keturunan Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir yang nasabnya bersambung hingga ke Sunan Giri. Sedangkan Ibu Nyai Nursimah merupakan putri Kiai Idris, Kebondalem Burno, Bojonegoro. Maka tidak mengherankan jika Kiai Faqih Maskumambang nantinya akan menjadi sorang ulama yang mashyur dan disegani.

Masa kecil KH Muhammad Faqih atau Kiai Faqih Maskumambang dihabiskan dengan didikan dari orang tuanya yang merupakan seorang ulama yang disegani di daerahnya. Ayahnya adalah seorang pendiri sekaligus pengasuh Ponpes Maskumambang.

Usai belajar ilmu agama dari sang ayah, ia melanjutkan tafaqquh fiddin-nya menuju ke Ponpes Demangan, Bangkalan, yang diasuh oleh seorang ulama masyhur ilmu lahir-batinnya, Syaikhona Muhammad Kholil.

Saat itu, pesantren ini memang dikenal jadug dalam mendidik para santri. Mereka kemudian menjadi tokoh atau pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama. Antara lain Hadratussyaikh M Hasyim Asy’ari, KH A Wahab Chasbullah, KH M Bisri Syansuri, KH Ridwan Abdullah serta masih banyak lagi. Tidak ada catatan yang menyebutkan tentang berapa lama Kiai Faqih Maskumambang belajar di pesantren Syaikona Kholil.

Menjadi Pengasuh Pesantren

Pesantren Maskumambang terletak di Desa Sembungan Kidul, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik. Awalnya hanya mendidik masyarakat sekitar Maskumambang, dan itu pun terbatas pada pelajaran Al-Quran dan tafsir, serta fiqih.

Namun, pada masa kepemimpinan Kiai Faqih Maskumambang, pondok ini mengalami banyak kemajuan serta perubahan besar. Santri yang datang mengaji tidak hanya berasal dari sekitar Maskumambang, tetapi banyak juga yang berasal dari daerah lain. Bahkan pelajaran yang diberikan tidak hanya Al-Quran, tafsir dan fiqih saja, namun mulai merambah ke cabang-cabang ilmu lainnya.

Kedatangan Kiai Faqih setelah beberapa tahun belajar di Makkah memberikan angin segar terhadap pesantren Maskumambang. Pada 1325 H/1907 M, Kiai Abdul Jabbar, sang ayah, pulang ke Rahmatullah hingga kemudian kepemimpinan pesantren Maskumambang dipegang oleh Kiai Faqih.

Salah satu tolok ukur dari keberhasilan seorang guru adalah murid atau santrinya kelak berhasil menjadi “orang” atau tidak. Di antara santrinya yang berhasil adalah KH Abdul Hadi, KH Zubair Dahlan, serta KH Imam Khalil bin Syuaib. KH Abdul Hadi menjadi Pengasuh Pesantren Langitan, KH Zubair Dahlan berhasil mendidik KH Maimoen Zubair Sarang, serta KH Imam Khalil bin Syuaib menjadi Pengasuh Pesantren Sarang.

Ramainya Pesantren Maskumambang disebabkan karena setelah Kiai Zubair dan Kiai Imam Khalil mondok di sini. Sebelum mereka berdua mondok di Pesantren Maskumambang, Kiai Faqih santrinya masih sedikit. Mayoritas para santrinya berasal dari kalangan keluarga dan kerabat Pesantren Maskumambang sendiri. Mereka adalah Kiai Ma’shum Ali Kwaron, Kiai Adlan dan Kiai Hamid.

Pada awalnya Kiai Faqih masih disibukkan dengan urusan perekonomiannya. Namun setelah santrinya mulai banyak ia pun lebih memfokuskan diri untuk mengurus pesantrennya. Untuk kali ini, Kiai Faqih lebih berkonsentrasi mengajar santri-santrinya dan mengabdikan diri kepada Allah.

Faqih Maskumambang tercatat memiliki beberapa karangan yang ditulis dalam bahasa Arab, di antaranya adalah “al-Manzhûmah al-Dâliyyah li Ma’rifah al-Syuhûr al-Qamariyyah” dalam bidang ilmu falak, juga kitab “al-Nushûsh al-Islâmiyyah fî al-Radd ‘alâ al-Wahhâbiyyah” yang mengkritik dan menolak ideologi kaum puritan Wahhabisme dari Nejd. KH. Faqih wafat pada tahun 1353 H/1937 M dan dimakamkan di Maskumambang.

Penerus KH. Faqih Maskumambang adalah KH. Ammar b. Faqih Maskumambang (lahir 1902 dan wafat 1965), yang melanjutkan tonggak kepemimpinan pesantren Maskumambang sepeninggal KH. Faqih. KH. Ammar b. Faqih juga menulis beberapa karangan kitab, di antaranya adalah “al-Rudûd wsa al-Nawâdir” yang mengkaji permasalahan hukum dua sembahyang Jum’at, juga kitab “al-Nûr al-Mubîn”, “al-Hujjah al-Bâlighah”, “Tahdîh Ahl al-Sunnah wa al-Jamâ’ah”, dan lain-lain.

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *