– Nurman Hakim, Demak–Sutradara, Penulis Skenario
Nurman Hakim dilahirkan di kota wali Demak, ia merupakan salah satu santri di Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak yang dikenal sebagai sutradara, produser, sekaligus penulis skenario. Ia mengajar film di beberapa kampus, aktif menulis dan di forum-forum lainnya. Karya-karyanya yang dikenal luas adalah film “3 Doa 3 Cinta” (2008), “Khalifah” (2011), “The Window” (2016), dan “Bid’ah Cinta” (2017). Film-film besutan Nurman Hakim masuk menjadi nominasi di Festivall Film Indonesia 2008, Dubai International Film Festival 2008, Asia Pacific Screen Awards 2009, Vesoul Asian Film Festival 2009 dan 2012, dan CinemAsia Film Festival 2017.
– Ahmad Fuadi, Novelis
Ahmad Fuadi, S.IP, M.A (lahir 30 Desember 1973) adalah novelis, pekerja sosial, dan mantan wartawan dari Indonesia. Novel pertamanya adalah novel Negeri 5 Menara yang merupakan buku pertama dari trilogi novelnya. Karya fiksinya dinilai dapat menumbuhkan semangat untuk berprestasi. Walaupun tergolong masih baru terbit, novelnya sudah masuk dalam jajaran best seller tahun 2009. Novel keduanya yang merupakan trilogi dari Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna telah diterbitkan sejak 23 Januari 2011 dan novel pamungkas dari trilogi ini, Rantau 1 Muara, diluncurkan di Washington DC secara simbolis bulan Mei 2013. Fuadi mendirikan Komunitas Menara, sebuah yayasan sosial untuk membantu pendidikan masyarakat yang kurang mampu, khususnya untuk usia pra sekolah. Saat ini Komunitas Menara punya sebuah sekolah anak usia dini yang gratis di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan. Memulai pendidikan menengahnya di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo dan lulus pada tahun 1992. Kemudian melanjutkan kuliah Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran, setelah lulus menjadi wartawan Tempo. Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya—yang juga wartawan Tempo-adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan wartawan VOA. Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September 2001 dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill. Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter.
– Hj. Masriyah Amva, Cirebon-Sastrawan
Nyai Masriyah lahir di di Babakan, Ciwaringin, Cirebon pada 13 0ktober 1961. Nyai Masriyah memperoleh pendidikan pertama dari orang tuanya. Ibunya, Almarhum Hj. Fariatul ‘Aini yang sehari-hari berkiprah sebagai ustadzah adalah sosok gigih yang aktif dalam berkegiatan sosial dan dakwah. Nyai Masriyah merupakan pengasuh sekaligus pemimpin Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy di Cirebon. Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy didirikan oleh Nyai Masriyah bersama suaminya, KH. Muhamad. Kemudian, suaminya meninggal pada tahun 2007, sehingga sejak saat itu sampai kini, tanggung jawab pesantren dengan 1300 santri sepenuhnya dibebankan kepada Nyai Masriyah. Selain sebagai pengasuh pesantren dan Ulama Perempuan, nyai Masriyah juga dikenal sebagai penulis dan penyair. Sejak 2007 Nyai Masriyah telah menerbitkan lebih dari 20 buku berupa novel dan puisi, yang bertemakan motivasi serta ketuhanan. Di antaranya adalah Ketika Aku Gila Cinta, Cara Mudah Menggapai Impian, dan Matematika Allah.
No responses yet