Categories:

Pondok Pesantren Anak Jalanan at-Tamur, Cibiruhilir Bandung – Jawa Barat

Pondok Pesantren Anak Jalanan At-Tamur, Cibiruhilir, Kota Bandung asuhan Kiai Syamsuddin Awalnya, pada tahun 2008, ada anak asal NTT kuliah di UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang tinggal di masjid Syahida. Untuk membayar SPP, mereka kuliahnya ngamen di jalanan bersama anak jalanan lainnya, setelah ngamen tidur di masjid. Saat itulah, Syamsuddin meminta anak itu beserta temannya untuk berkumpul di masjid tersebut dan ngaji bersama. Sejak itu kegiatan pesantren anak jalanan itu dimulai. Pada Januari 2008. pesantren Attamur resmi berdiri. Anak-anak jalanan dan beberapa anak tak mampu sekolah datang untuk belajar di tempat itu. Dalam perkembangannya, tak hanya anak jalanan yang datang ke Attamur, tetapi juga ada beberapa yang sudah menjadi pecandu narkoba. Para pecandu ini kadang kumat ingin menghisap, jika terjadi demikian, mereka dimandikan tengah malam agar sadar. Di Attamur para santri tersebut diberikan jadwal yang rutin untuk belajar ngaji. Beberapa kitab yang biasanya dipelajari di antaranya Tafsir Jalalain, Safinatun Najah, Jurumiyyah, Murottal Hadis, dan Tawasul. Namun demikian, Syamsuddin mengakui menghadapi anak jalanan tidak mudah. Mereka kadang menuntut dikasih uang, jika belajar ngaji dia dapat uang berapa. Karena kalau ngamen mereka sudah pasti dapat uang.

 

– Pondok Pesantren Azzaidin, Tegalsari Bruno Purworejo – Jawa Tengah

Ponpes Azzaidin merupakan Ponpes tertua kedua di Bruno setelah Ponpes Roudotul Atfal. Sekitar 35 kilometer lebih dari kota Purworejo untuk dapat menuju Ponpes Azzaidin. Letaknya yang cukup jauh dari kota, namun tak menyurutkan para santrinya untuk belajar. Bahkan berdatangan dari berbagai daerah, tak hanya dari lingkungan sekitar Tegalsari dan Wonosobo saja, tapi juga pernah ada santri yang datang dari Sumatera, Palembang, Cilacap, dan daerah lain. Ponpes yang telah setengah abad lebih itu memiliki metode pengajaran yang unik, disamping pengajaran santriwan dan santriwati pada umumnya, juga mendekati anak dan remaja jalanan yang hidupnya kental dengan berbagai pengaruh negatif, pesantren menjadi tempat naungan mendalami ilmu Agama Islam. Tercacat sudah ribuan santri yang telah usai menempuh ilmu Islam dan kembali ke daerah masing-masing dengan mengaplikasikan ilmunya. Para santri alumni dari Ponpes Azzaidin, juga masih berkomunikasi dengan baik. Sedangkan yang saat ini masih menuntut ilmu di Ponpes terdapat sekitar 80 an lebih santriwan dan santriwati, dengan 6 guru dari kyai dan nyai sebagai Pengasuh Ponpes. Ilmu yang diajarkan meliputi ilmu fiqih yakni mempelajari persoalan hukum yang mengatur manusia kepada Alloh SWT contonhnya tata cara sholat, wudhu, dll. Lalu   ilmu alat yakni untuk tata cara membaca kitab kuning, dan ilmu hadist yakni mempelajari sejarah Nabi-Nabi dan ulama, serta kajian-kajian yang lain.

 

– Pondok Pesantren Waskita Jawi, Ponorogo – Jawa Timur

Pesantren Waskita Jawi terletak di Kelurahan Brotonegaran, Kecamatan Ponorogo terdapat sebuah pondok pesantren dengan mayoritas santri berasal dari anak jalanan dan keluarga tak mampu. Diasuh Muhamad Ziyulhaq Syamsul Falaqi, kabikuan atau pesantren di Jalan Yos Sudarso itu bernama Waskita Jawi. Pelajaran lain di pesantren ini adalah pendidikan akhlak melalui syair berbahasa Jawa “Ngudi Susilo” karya dari KH Bisri Mustofa dari Rembang. Ini penting agar santri tahu bertata krama. Waskita Jawi didirikan Gus Ziyyulhaq di Brotonegaran, Ponorogo sejak setahun terakhir. Pembelajaran yang diberikan beragam. Mulai agama, sejarah, kebudayaan termasuk Islam Nusantara.

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *