Categories:

– PP. Metal Muslim Al-Hidayat, Pasuruan-Jawa Timur

Pesantren (Ponpes) Metal Moeslim Al Hidayat di Desa Rejoso Lor, Pasuruan, Jawa Timur, sangat berbeda dengan ponpes umumnya. Ponpes ini khusus menampung santri bermasalah, mulai orang gila, korban narkoba, sampai perempuan hamil pranikah. Tak ada tanda-tanda, plang, atau papan nama yang menunjukkan bahwa itu lokasi Ponpes Metal yang berada di tepi Jalan Raya Pasuruan-Banyuwangi. Tepatnya, sekitar delapan kilometer dari Pasuruan ke arah Probolinggo. Hanya ada gambar atau patung beton bergambar metal atau salam tiga jari berukuran sedang di depan pintu gerbang pondok. Semua dicat merah menyala dengan tulisan ‘Metal Muslim’. “Banyak orang kecele, mereka mengira ini kantor parpol (baca PDIP) karena patung salam tiga jari. Metal di sini bukan berarti musik cadas, tapi singkatan Membaca atau Menghafal Tulisan Alquran. Setelah memasuki areal ponpes seluas 10 hektare, terlihat beberapa bangunan sepintas mirip bungalow karena bentuknya seragam mengitari areal. Bangunan itu berupa rumah berukuran 10 x 6 meter. Sikap nyentrik Pak Kiai tak hanya menampung orang gila, perempuan hamil pranikah, dan korban narkoba. Juga terlihat dari kegemarannya memelihara binatang buas, mulai harimau sumatera, kera, buaya, ular, dan aneka burung. Tapi, terbukti, belakangan binatang tadi ada manfaatnya bagi penyembuhan para santri. Suatu ketika ada orang gila tidak mau bicara. Setelah dijilati kera, orang gila tadi berteriak histeris dan akhirnya mau ngomong. Itu memudahkan kesembuhan yang bersangkutan karena bisa diajak dialog.

 

– PP. Metal ‘Toba’ Sunan Kalijaga, Cilacap-Jawa Tengah

Pondok Pesantren Metal ‘Toba’ Sunan Kalijaga, Cilacap Jawa Tengah, berdiri sekitar 2000. Pesantren menampung para berandal, bromocorah, pemabuk, dan tukang madat yang hendak bertobat. Sebagaimana pesantren lainnya, Ponpes Metal Tobat juga memiliki kurikulum. Awal masuk, santri diwajibkan mempelajari ilmu alat, yakni pelajaran nahwu shorof untuk mempelajari tata bahasa Arab. Di waktu yang sama, santri juga sudah mulai masuk ke konsentrasi pembelajaran. Ada kelas Alquran, dan juga ilmu fiqih.Pelajaran Alquran terdiri dari beberapa tingkatan, mulai dari tafsir Alquran hingga tahfidz Alquran. Sementara, dalam pelajaran fiqih, ratusan kitab klasik ulama kenamaan dipelajari, lewat ngaji sorogan (perorangan) maupun bandungan (general stadium). Namun tak seperti pesantren lainnya, pesantren ini menerapkan kurikulum yang bagi sebagian orang dianggap aneh. Santri diperbolehkan bermusik. Banyak santri gondrong. Beberapa di antaranya masih bertato. Terdengar tak masuk akal memang. Tapi inilah pesantren yang sejak kelahirannya pada 2000-an awal, hingga kini telah melahirkan 22 orang penghafal Alquran, hafiz dan hafizoh. Kini, di pesantren ini, 500-an santri, lelaki dan perempuan, tengah menuntut ilmu.

Pengasuh Pondok Pesantren Metal Tobat Sunan Kalijaga, KH. Soleh Aly Mahbub

 

– PP. Miftahul Falah, Cianjur-Jawa Barat

PP Miftahul Dalah Cianjur adalah salah satu dari pesantren-pesantren tahfidz qur’an yang kemudian fokus pada masa depan santri-santrinya dalam dunia kewirausahaan. Berdiri di tanah yang luas, di desa Kubang, Kec. Sukaresmi, Kab. Cianjur Jawa Barat setidaknya kini terdapat sekitar 500 santri yang sedang menimba ilmu. Jenjang pendidikan pada pesantren ini adalah SMP dan SMA, dan khusus untuk putra saja. Pesantren Miftahul Falah ini berani mendobrak dengan melakukan perubahan, berbekal sebidang tanah di lokasi pesantrennya, santri diajak bergerak dan bertani. Tak hanya belajar ilmu umum, agama serta menghafal al quran, santri juga dibekali skill tentang tanaman dan hewan. Mereka kini mulai menanam jabon (jati bongsor), sejenis pohon yang kiprahnya sudah mengalahkan sengon, yang nilai jualnya sangat tinggi dan panennya cukup cepat. Santri juga diajak untuk beternak kambing. Saat ini sudah terdapat puluhan kambing hasil budidaya santri. ini unik, sebab kisah para Nabi juga banyak diawali dari belajar beternak dan menggembala. Lewat beternak, santri belajar manajemen makhluk hidup. Selain ilmu mengenai kambing, pakan, dan budidayanya, santri juga belajar tentang kesabaran, ketelatenan, kehati-hatian sehingga diharapkan mampu jadi bekal sebagai pemimpin.

Tags:

One response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *